Vidi's Site

Wellcome in Vidi's Site

Minggu, 26 Februari 2012

I HATE VALENTINEDAYS



                Pagi itu aku tebangun dengan mata yang sembab dan membengkak. Semalam aku terhening menangis entah seberapa lama aku menenteskan air mata sehingga aku pun tertidur. Aku menangis bukan karena aku tidak berlimpah permata, bukan karena aku tak punya kekasih, dan bukan pula karena aku tak medapat limpahan kado istimewa di Valentine kali ini. Namun aku menangis lantaran aku tak bersama Mama dan Papa di setiap Valentinedays. Setipa 14 Februari aku selalu saja sendiri. Namaku Valentinia (kasih sayang) namun tak seberarti sama dengan kehidupanku. Dalam hidupku tercium sebuah aroma individualis, dan hidupku di aturkan dalam kebebasan. Setiap 14/02 Mama selalu saja pergi namun aku bingung Mama pergi tak bersama Papa, entah bersama siapa, begitu pun Papa. Aku pun sendiri bebas meraut mesra pergi bersama siapa pun dalam artian merayakan hari valentine. Valentine dalam agamaku merupakan hari spesial yang tidak boleh di lewatkan, karena itu kasih sayang tanggal ini serasa bebas bersama siapa pun tak terbatas dalam hal apa pun, namun aku berbeda dengan orang tuaku. Mereka pergi keluar kota masing – masing entah tak tau kemana. Sedangkan aku hanya berada di rumah lantaran tak ada yang mau menemaniku untuk pergi ke gereja sebab tetanggaku pada dasarnya berbeda agama denganku. Aku bingung sebab dalam agamaku Valentine sangatlah di istimewakan, namun aku selalu berharap hari valentine tidak pernah ada dalam hidupku, aku selalu berharap valentine pergi dari kehidupanku, justru sebaliknya aku bahagia menyambut seminggu sebelum hari valentine, tetanggaku menyebutnya “Maulid”, menurut teman sebayaku hari itu sangatlah menggembirakan,bahkan aku pun merasakannya. Sebab pada setiap hari itu orang tuaku selalu berada di rumah lantaran teman – teman rang tuaku sebagian islamiyah, agama yang terlihat anggun bagiku.
                Bulan ini keluargaku sengaja pergi lebih awal keluar kota dalam rangka menyambut valentine, tepatnya pada hari Maulid. Malam itu aku merasa tersirat penasaran dalam benakku, aku terpusat pada genggaman pintu, ku buka pintu dan pergi menyendiri, di pinggiran pagar yang tinggi menjulang, ku pandangi orang – orang yang memakai kain memutih dari sisi kepala menyebar menutupi seluruh tubuhnya, membawa sebuah buku kuning tenal keemasan seakan sangat erat mereka memeluknya. Bersama rasa penasaranku ku ikuti jejak mereka. Duduklah aku di sela – sela tak jauh dari tempatyang sering mereka sebut rumah Tuhan. Aku tak melihat adanya Tuhan, tak sama denganku, aku bisa meihat Tuhanku, lantaran Tuhanku duduk diam membisu di kamarku. Tak lama kemudian, setelah mereka membaca buku keemasan itu tiba – tiba mereka bangun dan terlantun merdu menlagu yang asing bagiku, padahal setiap lagu cukup aku ketahui, namun sungguh benar – benar tidak aku ketahuinya, anak berumur 4 tahunan sangat peka mengenalnya. Merdu tertutur mendamai sungguh tak ku rasakan hati sedamai ini sebelumnya.ku raba saku, dan ku sisipkan tanganku ke dalamnya kemudian ku nyalakan Hp untuk merekamnya. Aku bertanya pada seseorang “  Lagu apakah ini ? ”, ” Bukan lagu, tapi shalawatan terhadap Nabi besar kita Muhammad ”, jawabnya dengan santun. Kemudian aku pulang dengan segera menuju kamar, ku jatuhkan tubuhku di atas sofa, ku dengarkan lagu itu sehingga aku terlelap, dan aku lakukan hingga setiap malam.
                Suatu malam lewat di depan kamarku, ia mendekapku yang sedang terlelap, ku rasakan ia meneteskan air mata jatuh di sekitar jari – jariku. Lagu itu, iya lagu itu yang membuatnya menangis, dengan lirih ia bertanya padaku “ Lagu siapa Valent ? “ Bukan lagu, tetapi shalawatan memperingati hari Nabi besar kita Muhammad “. Mamaku bingung lantaran ia tak mengenal apa yang aku maksudkan itu. “ mendengarnya Mama terharu Valent.” Ucapnya kembali. Kami kunjungi rumah Tuhan itu, penjaganya ramah dan sangat menghormati kami. Orang itu tertawa ketika aku, Mama dan Papa mengatakan Nabi besar kita Muhammad, ia pun meceritakan semua jejak itu. Kami merintih dan menangis mendengarnya. Mama dan Papa setiap Februari akan selalu bersama lantaran kami sudah masuk islam berkat dari cerita itu, bahkan namaku berganti dari Valentinia menjadi maulidia, keluargaku tiada lagi perbedaan dengan tetanggaku.
                Suatu ketika aku berjalan dengan Aisyah (teman karibku), kami melihat sepasang kekasih mesra merayakan Valentine, sedangkan mereka islamiyah, kami mendekati dan memberi pengarahan, namun mereka menjawab “ hari ini Valentine, Maulid ndesooo !!! “. . . .
Beberapa hari kemudian tepat hari Maulid kami melihat si cowok itu, tapi tidak bersama kekasihnya. Eh…. Tiba – tiba cewek itu datang bersama cowok tampan yang soleh, dia memperkenalkan dirinya dan memberi tahu padanya bahwa mereka sudah bertunangan. Setelah mereka pergi tertinggalah cowok itu menyendiri, kami menghampirinya dengan berontak “ Ndesooo !!!... hahaha ! “.
                Aku ingin menjadi seorang islam seutuhnya, tak akan ada lagi air mata di bulan Februari, tak ada lagi Valentinedays, tak ada lagi kesendirian. Aku mengidolakan Rasulullah, I love Nabi Muhammmad, aku akan selalu merayakan Maulid, aku Muslimah. I Hate Valentinedays.

BY           : ULFATUL HASANAH  (X -2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar